logo-icon

Berjuang untuk pemenuhan hak-hak Seksual dan Kesehatan Reproduksi

PROFIL LEMBAGA

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kota Semarang adalah salah satu cabang PKBI Jawa Tengah yang berdiri sejak tahun 1970. Fokus utama PKBI Kota Semarang adalah isu-isu kesehatan reproduksi. Kegiatan awal mula PKBI Kota Semarang adalah kegiatan layanan klinik seperti layanan keluarga berencana (kontrasepsi) dengan sistem kafetaria, pengobatan infeksi menular seksual (IMS) serta promosi kesehatan.

Agenda dan Publikasi

29 Februari 2024

Toxic Relationship? Yuk Terapkan Resiliensi Sebagai Kunci Mengatasinya


Sumber: psikoberbagi.wordpress.com


Masa remaja merupakan masa peralihan setelah masa kanak - kanak. Salah satu ciri yang menonjol dari perkembangan tersebut yaitu adanya perasaan mencintai dan dicintai melalui jalinan hubungan yang populer dikalangan remaja yaitu pacaran. Dalam menjalin hubungan pacaran semua orang pasti menginginkan hubungan yang sehat yang saling berusaha, melindungi dan menjaga baik susah maupun senang, berusaha menciptakan komunikasi yang terbuka dan saling percaya dan saling memberi kasih sayang. Alih-alih mendapatkan hubungan pacaran yang sehat, masih banyak orang mengalami hubungan percintaan yang toxic dimana mereka tidak merasakan rasa aman dan nyaman, merasa terkekang dengan pasangannya yang menyebabkan hubungan pacaran tidak bisa berkembang ke arah hubungan yang positif akibatnya salah satu pasangan menutup diri dari lingkungan sekitar, hal ini menandakan bahwa hubungan dalam pacaran sudah berada dalam hubungan yang beracun atau biasa disebut dengan Toxic Relationship.

Bahaya dari Toxic Relationship ini dapat dialami oleh pasangan usia muda atau pasangan orangtua. Dampak yang ditimbulkan dari Toxic Relationship dapat secara fisik maupun psikologi, dampak psikologis yang dirasakan individu yang mengalami Toxic Relationship akan merasa rendah diri, pesimis, bahkan sampai membenci dirinya sendiri. Toxic Relationship dapat terjadi pada siapa saja, tetapi paling banyak dialami oleh kalangan remaja, dimana pada usia ini remaja akan saling berlomba untuk mempunyai pasangan. Sangat membahayakan apabila Toxic Relationship terjadi pada usia remaja karena pada usia ini mereka belum mampu dalam mengendalikan perasaan, mereka akan melampiaskan emosi dengan melakukan perilaku negatif. Toxic Relationship masuk dalam kekerasan psikis karena dapat mengakibatkan individu yang menjadi korban tersebut mengalami kesulitan untuk hidup dengan produktif dan sehat karena bayangan dari pasangannya. Berdasarkan data tahunan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan pada tahun 2023 kasus yang ditangani dalam kekerasan berpacaran berjumlah 3528 kasus.

Resiliensi menjadi peran penting dalam menghadapi situasi tersebut. Resiliensi merupakan kemampuan untuk mengatasi keadaan yang sulit, tertekan dan trauma yang terjadi dalam hidup. Arti dari resiliensi sendiri merupakan kemampuan individu untuk bangkit dari keterpurukan yang dialami dalam kehidupannya tersebut. Mempunyai kemampuan resiliensi yang positif dapat mengatur emosi individu tersebut secara sehat. Sehingga penting resiliensi diterapkan kepada seseorang yang pernah mengalami Toxic Relationship. Hal ini diperkuat dengan remaja yang pernah mengalami Toxic Relationship dalam hubungan berpacaran selama 1,5 tahun berinisial S berusia 20 tahun, Toxic Relationship yang dialami yakni dengan merasakan emosi negatif, merasa terkekang karena tidak diperbolehkan dalam mempublish kegiatan, foto, tidak diperbolehkan mengikuti organisasi dan daftar kuliah serta harus menuruti setiap aturan yang diberikan oleh pasangan, cemburuan dan posesif yang berlebihan. Setelah mendapatkan perlakuan seperti ini ia mengalami penurunan berat badan secara drastis, insecure, dan tidak fokus atau pikiran bercabang, merasa ruang gerak dalam segala aktivitas yang diimpikan tertutup. Sehingga perlu menggunakan upaya resiliensi setelah mengalami ini dengan menggunakan aspek-aspek resiliensi diantaranya aspek optimisme, aspek empati, aspek analisis penyebab masalah, aspek efikasi diri, dan aspek reaching out, ia mengatakan “kenapa bisa berada di toxic relationship karena LDR dan terbatas untuk ketemu satu sama lain, resiliensi yang saya gunakan saya lebih mampu mengendalikan diri sekarang, sering memberi afirmasi positif ke diri sendiri, bangkit dengan cara membuktikan dengan berani kuliah jauh untuk menunjukkan kalau aku bisa mandiri, semangat memperbaiki diri dan tidak berlarut-larut dalam kesedihan, mangkannya penting nerapin resiliensi setelah mengalami toxic relationship supaya mampu bangkit dan menjalani kehidupan normal seperti biasa sebelum terjebak di Toxic Relationship”

Mengatasi Toxic Relationship memang bukan hal mudah karena adanya emosi negatif seperti keegoisan, ketidaknyamanan, ketidakpercayaan, tekanan dan lain sebagainya. Seperti yang terjadi pada partisipan S yang pernah mengalami toxic relationship yang mana hubungan pacaran tersebut sudah berjalan cukup lama. Ia berusaha bangkit dan mampu menghadapi segala tekanan tersebut dan mengubahnya menjadi suatu yang positif dengan cara resiliensi.



Referensi:

Vivi, R. A. (2020). Upaya Resiliensi Pada Remaja Dalam Mengatasi Toxic Relationship Yang Terjadi Dalam Hubungan Pacaran (Doctoral dissertation, IAIN Purwokerto).

Sahabang, P. R., Ruata, S. N. C., & Langi, F. M. (2023). Resiliensi Mahasiswa Korban Toxic Relationship. Journal of Psychology Humanlight, 4(1), 50-57.



Gallery

program

Griya ASA

Pendampingan dan penyuluhan pada kelompok beresiko tinggi HIV seperti pekerja seks, pengguna narkoba suntik, lelaki seks dengan lelaki, warga binaan penjara dan sebagainya.

Klinik Griya ASA

Menyediakan layanan kesehatan yang ramah terutama kesehatan reproduksi.

Griya PMTCT

Memberikan penyuluhan dan pengobatan pada wanita subur dan ibu hamil tentang pencegahan HIV.

KDS Dewi Plus

Mendampingi dan memberikan dukungan psikologisosial pada orang dengan HIV AIDS (ODHA).

Griya Muda

Memberikan pendidikan kesehatan reproduksi serta layanan konseling pada remaja.

Penelitian dan Pengembangan

Menyediakan pelayanan pendidikan, penelitian dan kemah kerja untuk masyarakat, akademisi dan peneliti terkait isuisu yang ditangani PKBI Kota Semarang.

mitra