
Layanan Tes HIV dan Layanan ARV di Malam Hari (Lidya Dimari) merupakan sebuah layanan kesehatan yang berfokus pada tes HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan layanan ARV yang dilakukan pada malam hari. Layanan ini ditujukan kepada kelompok yang berisiko HIV untuk penjangkauan layanan ARV (Antiretroviral), kondom dan PrEP (Pre-Exposure Prophylaxis). Lidya Dimari untuk saat ini masih berlangsung di Kota Semarang yang terdapat di 20-22 puskesmas yang sudah terlibat layanan Lidya Dimari di Kota Semarang.
Lidya Dimari berdiri sejak tahun 2014/2015-an, yang diinisiasi oleh 3 layanan yaitu Puskesmas Halmahera, Puskesmas Poncol dan Puskesmas Lebdosari dan untuk pembiayaannya belum tercover oleh dinas kesehatan dimana kegiatan tersebut memang murni dari inisiasi layanan berdasarkan kebutuhan dan advokasi dari klien komunitas populasi kunci Kota Semarang, kemudian pada tahun 2021 diadopsi oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang, dan pada akhirnya tahun 2022 melakukan expansi ke banyak layanan dimulai dari 10 layanan kesehatan hingga saat ini ada 20 layanan kesehatan yang tersedia Lidya Dimari, hal ini dilakukan karena banyaknya peminat tes HIV di malam hari.
Dibentuknya Lidya Dimari (Extra Time) dikarenakan banyaknya kelompok risiko yang tidak bisa melakukan Tes VCT (Voluntary Counseling and Testing) Tes VCT adalah serangkaian tes dan konseling yang dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang positif atau negatif mengidap HIV. Di jam layanan reguler karena adanya kesibukan di pagi ataupun di siang hari, oleh karena itu dibentuklah Layanan Lidya Dimari yang dibuka pada malam hari sehingga kelompok risiko bisa melakukan tes VCT. Lidya Dimari dimulai di luar jam layanan reguler yaitu pukul 05.00 - 20.30 WIB, pada awalnya hanya dilakukan 1 bulan sekali namun saat ini sudah dibuka setiap hari senin sampai jumat dengan jadwal puskesmas yang berbeda setiap harinya. Di dalam layanan Lidya Dimari selain bisa melakukan tes VCT juga dapat melakukan pengambilan obat ARV.
Layanan Lidya Dimari lebih diperuntukan untuk kelompok risiko yaitu Laki-laki Seks Lali-laki (LSL), Pengguna Narkoba Suntik (PENASUN), transgender, dan Wanita Pekerja Seks (WPS), namun bagi masyarakat umum yang ingin melakukan tes VCT pada malam hari pun bisa.
Dalam menjaring kelompok risiko untuk datang ke Layanan Lidya Dimari para Petugas Lapangan (PL) menggunakan media sosial sepert facebook, twitter, instagram dan lain-lain serta aplikasi dating seperti grinder, hornet, walla dan aplikasi dating lainnya, hal ini dilakukan untuk memberikan informasi terkait HIV dan mengajak mereka untuk melakukan tes HIV. Selain itu para petugas lapangan (PL) menjaring dari grup/komunitas yang berisikan orang-orang kelompok berisiko tinggi. Adapun jadwal yang dapat diakses di sosial media sehingga para kelompok risiko tinggi dapat mengetahui jadwal puskesmas yang terdapat kegiatan Lidya Dimari selama satu bulan.
Strategi yang diterapkan dalam kegiatan Lidya Dimari ini lebih memfokuskan peningkatan promosinya dengan menggunakan media sosial seperti Whatsapp, Instagram dan Facebook serta penyuluhan di masyarakat. Salah satu promosi yang dilakukan di media sosial yaitu mengupload jadwal kegiatan Lidya Dimari selama satu bulan di Instagram PKBI Kota Semarang sehingga masyarakat atau kelompok risiko tinggi tau dimana saja Puskesmas yang sedang memberikan layanan.
Dalam kegiatan Lidya Dimari banyak keterlibatan orang di dalamnya seperti petugas kesehatan, dokter, perawat, konselor, farmasi dan administrasi, serta petugas lapangan PKBI Kota Semarang dan pendamping sebaya dari Peduli Kasih (PEKA). Tim petugas lapangan (PL) akan masuk ke populasi risiko tinggi untuk membawa ke tahap tes HIV, kebanyakan dari mereka langsung terjun untuk mengajak kelompok berisiko.
Dampak yang dapat dirasakan dari kegiatan Lidya Dimari dalam pengentasan isu HIV di Kota Semarang ini cukup signifikan, bahwa terjadi peningkatan baik kunjungan kelompok berisiko untuk screening, pemeriksaan HIV, pengobatan kelompok berisiko, pencegahan HIV dan IMS (Infeksi Menular Seksual), serta penjangkauan PrEP bahkan terjadi peningkatan penemuan kasus positif HIV. Penemuan kasus positif HIV lebih baik daripada saat menemukan kasus positif AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) karena lebih mudah dalam pengobatannya. Layanan Lidya Dimari sangat membantu untuk kelompok berisiko yang tidak bisa mengakses layanan di siang hari tetapi bisa mengakses layanan di malam hari sehingga dapat terakses sesuai ketersediaan waktu.
Layanan Lidya Dimari ini menjadi sebuah terobosan besar untuk penemuan data kasus HIV, yang dulunya diumpamakan seperti fenomena gunung es yang tidak terlihat kasusnya untuk saat ini fenomena gunung es tersebut terbalik, pada tahun 2023 per bulannya terdapat minimal ada 4 kasus positif HIV.
Menurut keterangan beberapa petugas lapangan yang ikut serta dalam kegiatan Lidya Dimari menjelaskan bahwa kendala kegiatannya berada di kelompok berisiko yang takut saling mengenal ketika melakukan tes HIV, hal tersebut dapat diatasi oleh petugas lapangan (PL) dengan meyakinkan kembali bahwa hasil tes HIV bersifat sangat rahasia. Selain itu, promosi kegiatan Lidya Dimari belum dikenal banyak masyarakat, maka perlu promosi kegiatan Lidya Dimari tentang pelaksanaan tes HIV.
Kesiapan layanan juga menjadi kendala, ketika jumlah kunjungan kelompok berisiko banyak maka petugas Lidya Dimari akan merasa kesulitan dalam melayani kelompok berisiko. Sehingga diperlukan advokasi ke layanan tersebut agar kedepannya lebih siap dan perlu diadopsi oleh puskesmas se-Kota Semarang. Hal tersebut harus dilakukan karena menyadari kelompok berisiko semakin banyak.
Harapan dari terlaksananya kegiatan Lidya Dimari ini untuk mencapai eliminasi HIV tahun 2030 atau tidak ada temuan kasus positif HIV. Dan kasus positif HIV bisa melakukan pengobatan, sehingga zero kematian juga ikut tereliminasi.
Lidya Dimari diharapkan tetap ada aktif dilaksanakan karena dapat membantu kelompok berisiko untuk melakukan tes HIV lebih dini, pengobatan lebih dini, dan melakukan pencegahan lebih dini. Serta diharapkan ketersediaan obat ARV terpenuhi di beberapa layanan kesehatan.
Untuk perbaikan dalam kegiatan Lidya Dimari ini lebih ditingkatkan kembali dalam peningkatan kapasitas di semua elemen, semua layanan per hari ini wajib belajar menerima populasi risiko tinggi. Namun dengan adanya keberadaan PKBI Kota Semarang kegiatan lidya dimari ini sangat membantu dalam mencapai capaian kegiatan Lidya Dimari.
Dalam Layanan Lidya Dimari selain Layanan tes VCT adapun layanan lainnya yaitu tes IMS, layanan profilaksis untuk orang-orang yang berisiko terkena HIV menggunakan PrEP, lalu pada tahun 2023 bertambah satu jenis layanan berupa tes Viral Load. Adapun kegiatan FGD, mobile, SHM (Skrining HIV Mandiri) dengan menggunakan alat OVT dan yang terakhir yaitu dor to dor atau home visit
Impian dari terlaksananya kegiatan Lidya Dimari ini berupa “95-95-95” yaitu artinya 95% orang mengetahui status HIV, 95% minum ARV, 95% tersuspensi atau Viral Load tidak terdeteksi.